Seorang penuntut ilmu harus beradab dengan adab-adab yang mulia agar ia dapat meraih keutamaan ilmu yang telah dijanjikan dan dijelaskan di dalam Al-Quran dan As-Sunnah. Di antara adab-adab seorang penuntut ilmu agama adalah sebagai berikut.
1. Niat Ikhlas karena Allah
Seorang penuntut ilmu harus meluruskan niatnya dalam menuntut ilmu, yaitu semata-mata hanya untuk mengharap ridha Allah Ta’ala dan mengharap kebahagiaan di akhirat kelak. Bukan diniatkan untuk semata-mata mendapatkan ijazah, pekerjaan, pangkat, atau perkara dunia yang lainnya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ تَعَلَّمَ عِلْمًا يُبْتَغَى بِهِ وَجْهُ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ لاَ يَتَعَلَّمُهُ إِلاَّ لَيُصِيبَ بِهِ غَرَضًا مِنَ الدُّنْيَا لَمْ يَجِدْ عَرْفَ الْجَنَّةِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Barangsiapa mempelajari suatu ilmu yang seharusnya diniatkan untuk mengharap wajah Allah ‘Azza wa Jalla, namun ia tidaklah mempelajarinya kecuali untuk meraih segelintir dari kenikmatan dunia, maka ia tidak akan mencium bau surga di akhirat kelak.” (HR Abu Dawud, Ibnu Majah, dan Ahmad)
Perkara ikhlas sangatlah penting karena ia merupakan salah satu syarat pokok agar suatu ibadah itu diterima oleh Allah Ta’ala. Maka dari itu, seorang penuntut ilmu harus meniatkan di dalam dirinya dalam menuntut ilmu itu untuk mengharapkan ridha Allah Ta’ala dan sebagai bentuk pengamalan dari perintahNya. Allah Ta’ala berfirman:
فَاعْلَمْ أَنَّهُ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَاسْتَغْفِرْ لِذَنبِكَ …
“Maka berilmulah (ketahuilah), bahwa sesungguhnya tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu …” (QS Muhammad [47]: 19)
2. Menuntut Ilmu untuk Mengangkat Kebodohan dari Dirinya dan Orang Lain
Dalam menuntut ilmu, seorang harus meniatkan dirinya untuk mengangkat dan menghilangkan kebodohan dari dirinya dan dari orang lain. Karena pada asalnya setiap manusia itu bodoh, dalilnya adalah firman Allah Ta’ala:
وَاللهُ أَخْرَجَكُم مِّن بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ لَا تَعْلَمُونَ شَيْئًا وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَالْأَفْئِدَةَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan, dan hati, agar kamu bersyukur.” (QS An-Nahl [16]: 78)
Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah mengatakan:
العِلْمُ لَا يَعْدِلُهُ شَيْءٌ لِمَنْ صَحَّتْ نِيَّتُهُ
“Ilmu itu tidak dapat ditandingi oleh amalan apa pun bagi orang yang niatnya benar.”
Orang-orang bertanya, “Bagaimana niat yang benar itu, wahai Abu ‘Abdillah?”
Beliau menjawab:
يَنْوِي رَفْعَ الْجَهْلِ عَنْ نَفْسِهِ وَعَنْ غَيْرِهِ
“Seorang meniatkan untuk mengangkat kebodohan dari dirinya dan dari orang lain.”
3. Semangat dalam Membela Syariat Islam
Seorang penuntut ilmu juga harus memiliki niat dalam menuntut ilmu untuk bisa membela syariat Islam. Karena buku atau kitab tidaklah bisa membela syariat Islam, yang bisa membelanya adalah orang-orang yang memiliki ilmu, yaitu para penuntut ilmu. Jadi, seorang penuntut ilmu harus semangat dalam menuntut ilmu agar suatu saat nanti, ia bisa membela syariat Islam dengan ilmu yang dimilikinya tersebut.
4. Mengamalkan Ilmu yang Dimilikinya
Seorang penuntut ilmu harus mengamalkan ilmu yang dimilikinya, baik itu yang berkaitan dengan aqidah, fiqih ibadah, akhlak, adab, mu’amalah, dan cabang ilmu yang lainnya. Amal merupakan buah dari ilmu, dan seorang penuntut ilmu ibarat seorang yang membawa senjata yang mana senjata tersebut bisa bermanfaat baginya dan bisa pula membahayakan dirinya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
الْقُرْآنُ حُجَّةٌ لَكَ أَوْ عَلَيْكَ
“Al-Quran itu bisa jadi pembelamu atau bisa juga jadi musuh bagimu.” (HR Muslim, At-Tirmidzi, Ibnu Majah, Ahmad, dan Ad-Darimi)
5. Berdakwah dengan Ilmunya
Salah satu bentuk pengamalan ilmu adalah dengan berdakwah di jalan Allah Ta’ala. Ia mengajak orang lain ke jalan kebaikan dan kebenaran, baik itu di masjid, majelis ilmu, pasar, atau di tempat-tempat lainnya. Demikianlah yang dicontohkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dahulu ketika beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mendapatkan wahyu dari Allah, beliau tidaklah hanya berdiam diri di rumah, namun beliau bergerak dan keluar rumah untuk berdakwah mengajak manusia ke jalan yang benar.
6. Sabar dan Konsisten dalam Menuntut Ilmu
Tidak dipungkiri bahwa ketika belajar menuntut ilmu, seseorang akan menghadapi berbagai aral rintangan. Seorang penuntut ilmu juga tidak jarang dijangkiti rasa lelah dan bosan. Ketika hal seperti ini datang kepadanya, maka ia harus sabar dan terus semangat, jangan sampai ia terkalahkan oleh hawa nafsunya dan memilih untuk tidak melanjutkan belajarnya. Perjalanan menuntut ilmu memang terkadang pahit, namun hal itu akan berbuah manis di kemudian hari.
7. Berpegang Teguh dengan Al-Quran dan As-Sunnah
Seorang penuntut ilmu harus senantiasa berpegang teguh dengan Al-Quran dan As-Sunnah dalam kesehariannya. Ilmu yang diambilnya juga harus berasal dari Al-Quran dan As-Sunnah yang sesuai dengan pemahaman salafush shalih. Karena kebenaran adalah dari Allah Ta’ala yang diwahyukan kepada NabiNya, yang kemudian tertuang di dalam Al-Quran dan As-Sunnah.
Demikianlah beberapa adab seorang penuntut ilmu yang kami ringkaskan dari Kitabul ‘Ilmi karya Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin rahimahullah. Semoga kita dimudahkan oleh Allah Ta’ala agar bisa mengamalkan adab-adab tersebut sehingga kita dapat meraih keutamaan ilmu agama yang mulia. Aamiin.
Oleh: Mu’adz Mukhadasin
Artikel ini juga di muat di dalam Buletin Al-Ilmu Edisi 13, yang diterbitkan oleh Yayasan Pendidikan Islam Imam Syafi’i Berau, Kalimantan Timur.
izin share