Apabila bulan Ramadan yang penuh berkah telah berlalu, maka masuklah kita ke dalam bulan Syawal yang terdapat di dalamnya Hari Raya Idul Fitri yang merupakan hari istimewa bagi kaum Muslimin.
Di Hari Raya Idul Fitri, hati-hati kaum Muslimin dipenuhi dengan rasa senang dan gembira. Mereka merasa gembira karena telah melewati bulan Ramadhan dengan ibadah kepada Allah Ta’ala secara maksimal.
Pujian dan pengagungan kepada Allah pun senantiasa mereka senandungkan. Di hari tersebut, mereka mengungkapkan kegembiraannya dengan bertakbir mengagungkan Allah Ta’ala. Mereka mengungkapkan rasa syukurnya bersama orang-orang tercinta atas segala limpahan nikmat yang Allah berikan kepada mereka. Mereka pun senantiasa berharap agar Allah Ta’ala menerima amal ibadah yang telah mereka kerjakan di bulan Ramadhan. Dan hal ini tentunya tidak dirasakan oleh mereka yang tidak mengisi bulan Ramadhan dengan ibadah kepada Allah.
Di hari yang berbahagia tersebut, ada hal-hal yang semestinya tidak kita lupakan karena terlalu terbawa rasa gembira. Di antara hal-hal tersebut adalah:
Navigasi
- 1. Mengingat Saudara-Saudara Kita Kaum Muslimin yang telah Terlebih Dahulu Menghadap Allah
- 2. Mengingat Saudara-Saudara Kita Kaum Muslimin yang Mungkin sedang Sakit
- 3. Mengingat Saudara-Saudara Kita Kaum Muslimin yang Dilanda Musibah dan Huru-Hara
- 4. Mengingat Saudara-Saudara Kita Kaum Muslimin yang Miskin dan Kekurangan
1. Mengingat Saudara-Saudara Kita Kaum Muslimin yang telah Terlebih Dahulu Menghadap Allah
Tatkala kita bergembira dengan datangnya Hari Raya Idul Fitri, kita hendaknya tetap ingat dengan saudara-saudara kita kaum Muslimin yang telah meninggal dunia, kembali kepada Allah Ta’ala mendahului kita. Janganlah lupa untuk mendoakan mereka dengan doa kebaikan, yaitu doa agar Allah mengampuni ketergelinciran dan kesalahan-kesalahan mereka, melapangkan kuburnya, serta mengangkatnya ke derajat yang lebih tinggi di sisiNya.
2. Mengingat Saudara-Saudara Kita Kaum Muslimin yang Mungkin sedang Sakit
Tatkala kita bersuka-cita dengan datangnya Hari Raya Idul Fitri, kita hendaknya juga harus mengingat saudara-saudara kita kaum Muslimin yang mungkin sedang terbaring di rumah sakit. Di antara mereka mungkin ada yang sudah berminggu-minggu atau berbulan-bulan terbaring lemah di sana. Mereka juga tentunya berharap bisa merasakan kebahagiaan sebagaimana yang kita rasakan saat berhari raya.
Dengan mengingat keaadaan mereka, kita tentunya akan semakin bersyukur kepada Allah Ta’ala atas nikmat kesehatan dan kesempatan yang telah Allah berikan kepada kita, sehingga di Hari Raya Idul Fitri, kita bisa menikmati kegembiraaan bersama orang-orang yang kita cintai. Jangan lupa juga untuk mendoakan mereka agar mereka lekas sembuh dan dipulihkan dari penyakit-penyakit yang mereka derita.
Para ulama menjelaskan bahwa salah satu amalan yang utama yang bisa kita lakukan di Hari Raya Idul Fitri adalah dengan mengunjungi saudara-saudara kita seiman yang sedang sakit, dan tentunya tak lupa juga sembari mendoakan mereka dengan kesembuhan dan kebaikan.
Imam Ahmad dan Abu Dawud meriwayatkan hadits dari sahabat Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu, yang mana beliau berkata:
سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: إِذَا عَادَ الرَّجُلُ أَخَاهُ الْمُسْلِمَ مَشَى فِي خِرَافَةِ الْجَنَّةِ حَتَّى يَجْلِسَ، فَإِذَا جَلَسَ غَمَرَتْهُ الرَّحْمَةُ، فَإِنْ كَانَ غُدْوَةً صَلَّى عَلَيْهِ سَبْعُونَ أَلْفَ مَلَكٍ حَتَّى يُمْسِيَ، وَإِنْ كَانَ مَسَاءً صَلَّى عَلَيْهِ سَبْعُونَ أَلْفَ مَلَكٍ حَتَّى يُصْبِحَ
“Saya mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jika seseorang menjenguk saudaranya yang Muslim (yang sedang sakit), maka dia seakan-akan berjalan sambil memetik buah-buahan surga hingga dia duduk. Apabila dia telah duduk, maka turunlah rahmat dengan deras kepadanya. Apabila dia menjenguknya di waktu pagi, maka tujuh puluh ribu malaikat akan bershalawat kepadanya hingga datang waktu sore. Dan apabila dia menjenguk pada waktu sore, maka tujuh puluh ribu malaikat akan bershalawat kepadanya hingga datang waktu pagi.”” (Al-Musnad Imam Ahmad [612, 22.273], Abu Dawud [3098], Ibnu Majah [1442], dan hadits ini merupakan lafadz milik Imam Ahmad.)
3. Mengingat Saudara-Saudara Kita Kaum Muslimin yang Dilanda Musibah dan Huru-Hara
Kita ketahui bersama, bahwa banyak saudara-saudara kita dari kaum Muslimin di luar sana yang sedang dilanda musibah, dizalimi, dianiaya, atau bahkan dibunuh oleh musuh-musuh Allah. Darah-darah mereka dialirkan tanpa haq, istri-istri mereka dirobek-robek kehormatannya, anak-anak mereka menjadi yatim, dan harta benda mereka pun dirampas. Hal ini sebagaimana yang menimpa kaum Muslimin di Palestina, Suriah, dan Rohingya (Myanmar), serta pembantaian yang dialami oleh etnis minoritas Muslim Uighur (Cina).
Dengan mengingat mereka, kita tentunya akan semakin bersyukur kepada Allah atas nikmat aman yang Allah berikan kepada kita di negara ini, sehingga kita bisa melaksanakan ibadah dengan tenang, dan bisa merayakan Hari Raya Idul Fitri yang penuh berkah bersama keluarga tercinta.
Janganlah lupa untuk mendoakan saudara-saudara kita tersebut dengan doa kebaikan dan keselamatan. Kita juga berdoa agar Allah mengangkat musibah dan kesedihan yang sedang menimpa mereka, menghancurkan musuh-musuhnya, dan memenangkan mereka atas musuh-musuh tersebut. Semoga Allah senantiasa memuliakan Islam dan kaum Muslimin di mana pun berada, menghinakan syirik dan para pelakunya, serta membinasakan musuh-musuh agama ini.
4. Mengingat Saudara-Saudara Kita Kaum Muslimin yang Miskin dan Kekurangan
Di Hari Raya Idul Fitri, kita merasakan kebahagian, kita pun bisa mengenakan pakaian-pakaian baru. Namun di luar sana, begitu banyak saudara-saudara kita yang masih dalam kondisi kekurangan. Jangankan untuk membeli pakaian baru seperti kita, untuk makan dan minum saja mereka masih sering mengalami kesulitan. Dari sini, kita wajib bersyukur kepada Allah, karena Allah Ta’ala masih memberikan kemudahan rezeki kepada kita hingga detik ini.
Mari kita sempatkan memanjatkan doa untuk saudara-saudara kita tersebut agar Allah memberi kecukupan kepada mereka sehingga mereka bisa makan dan berpakaian dengan layak seperti kita. Kita juga hendaknya mau berbagi kebahagiaan di hari raya bersama mereka dengan menyisihkan sebagian rezeki kita untuk mereka yang benar-benar membutuhkan. Dan tentunya ini merupakan amalan yang mulia.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَمَا تُقَدِّمُوا لِأَنفُسِكُم مِّنْ خَيْرٍ تَجِدُوهُ عِندَ اللهِ هُوَ خَيْراً وَأَعْظَمَ أَجْراً
“Dan kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh (balasan)nya di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya.” (QS al-Muzzammil [73]: 20)
Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman:
وَمَا تَفْعَلُواْ مِنْ خَيْرٍ فَإِنَّ اللهَ بِهِ عَلِيمٌ
“Dan apa saja kebaikan yang kamu buat, maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahuinya.” (QS Al-Baqarah [2]: 215)
5. Mengingatkan dan Mendoakan Saudara-Saudara Kita yang Lalai setelah Berlalunya Ramadan
Apabila telah menyempurnakan ibadah di bulan Ramadan, maka setiap dari kita merasa senang dan gembira. Dan tentu saja kita berharap dosa-dosa kita diampuni dan kita bisa kembali beribadah dengan baik di bulan Ramadhan yang penuh keberkahan.
Jika telah berlalu bulan Ramadhan, maka sebagian dari kita larut dalam kegembiraan yang melalaikan, sehingga tidak tampak lagi orang-orang yang semangat menuju masjid, tidak terdengar lagi lantunan-lantunan ayat suci Al-Quran, dan tidak ada lagi semangat dalam menjalankan ketaatan kepada Allah seperti saat Ramadhan.
Bahkan sebagian orang justru kembali melakukan dosa dan maksiat yang sebelumnya bisa ia tinggalkan selama Ramadhan. Na’udzubillahi min dzalik, hal ini tentunya sesuatu yang menyedihkan dan tidak sepatutnya terjadi pada diri kita.
Bagi mereka yang tetap bisa istiqamah dalam ketaatan meskipun telah berlalu Ramadan tentunya harus bersyukur, karena Allah ternyata masih memberikan hidayah kepadanya. Jangan lupa doakan saudara-saudara kita yang lalai tersebut dengan doa kebaikan semoga Allah memberikan hidayah kepada mereka semua sehingga bisa kembali ke jalan kebaikan dan istiqamah.
Ya Allah, berikanlah kepada jiwa-jiwa kami sifat ketakwaan, dan sucikanlah jiwa-jiwa kami, Engkaulah yang terbaik yang bisa menyucikannya, karena Engkaulah penguasa jiwa kami. Bukakanlah untuk kami amal-amal dan perkataan-perkataan yang baik, dan tutuplah akhir kehidupan kami dengan kebaikan (husnul khatimah). Aamiin.
(Tulisan ini banyak mengambil faedah dari artikel berbahasa Arab yang berjudul “Umuurun Yajduru Binaa Tadzakkuruhaa Yaumal’iid“, yang ditulis oleh Syaikh Prof. Dr. ‘Abdurrazaq bin ‘Abdul Muhsin al-‘Abbad al-Badr di www.al-badr.net)
Artikel ini juga dimuat di Buletin Al-Ilmu Edisi 43, yang diterbitkan oleh Yayasan Pendidikan Islam Imam Syafi’i, Berau-Kalimantan Timur.
Oleh: Muadz Mukhadasin
Artikel: www.muadz.com