HomeBelajar IslamAkhlakDi Antara Tanda Kebahagiaan Seorang Hamba
Di Antara Tanda Kebahagiaan Seorang Hamba - MuadzDotCom - Sahabat Belajar Islam
Di Antara Tanda Kebahagiaan Seorang Hamba - MuadzDotCom - Sahabat Belajar Islam

Di Antara Tanda Kebahagiaan Seorang Hamba

Setiap orang tentunya menginginkan kebahagiaan di dalam hidupnya. Namun, sebagian orang masih belum memahami hakikat kebahagiaan yang sesungguhnya.

Jika kita perhatikan, di luar sana masih banyak orang yang menjadikan harta sebagai ukuran kebahagiaan. Bagi mereka, semakin banyak harta yang dimilikinya maka akan semakin membuatnya bahagia. Akhirnya berlomba-lombalah mereka dalam mencari dan mengumpulkan harta.

Padahal tindakan tersebut sangat dicela oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Banyak sekali ayat Al-Quran yang mengandung celaan dan ancaman terhadap harta. Di antaranya firman Allah Ta’ala:

وَيْلٌ لِّكُلِّ هُمَزَةٍ لُّمَزَةٍ، ٱلَّذِى جَمَعَ مَالًا وَعَدَّدَهُۥ، يَحْسَبُ أَنَّ مَالَهُۥٓ أَخْلَدَهُۥ، كَلَّا ۖ لَيُنۢبَذَنَّ فِى ٱلْحُطَمَةِ

“Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat lagi pencela. Yang mengumpulkan harta dan menghitung-hitungnya. Dia mengira hartanya tersebut akan menjadikannya kekal. Sekali-kali tidak! Bahkan sungguh dia benar-benar akan dilemparkan ke dalam neraka Huthamah.” (QS Al-Humazah [104]: 1-4)

Adapun bagi seorang muslim yang baik, ukuran kebahagiaan bukanlah harta. Karena baginya, harta hanyalah titipan dari Allah Ta’ala yang apabila tidak menjadikannya lebih dekat kepadaNya maka sejatinya itu adalah musibah dan cobaan yang harus dipertanggungjawabkan kelak di akhirat.

Harta yang dimilikinya akan ditinggalkan tatkala dia meninggal dunia, dan yang akan dibawanya hanyalah amal shalih. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pun telah memberikan teladan bagi kita tentang hakikat kehidupan di dunia ini. Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

مَا لِي وَلِلدُّنْيَا، مَا أَنَا فِي الدُّنْيَا إِلاَّ كَرَاكِبٍ اسْتَظَلَّ تَحْتَ شَجَرَةٍ ثُمَّ رَاحَ وَتَرَكَهَا

”Apa peduliku dengan dunia?! Tidaklah aku tinggal di dunia melainkan seperti seorang pengembara yang berteduh di bawah pohon dan beristirahat, lalu pengembara tersebut pergi meninggalkannya.” (HR. at-Tirmidzi no. 2377)

Tanda-Tanda Kebahagiaan

Untuk mengetahui tanda-tanda kebahagian yang hakiki dari seorang hamba Allah, maka kita perlu mengambil faedah dan merenungi nasihat dari para ulama salafush shalih.

Al-Imam Asy-Syathibi rahimahullah berkata:

من علامات السعادة على العبد تيسير الطاعة عليه، وموافقة السنة في أفعاله، وصحبته لأهل الصلاح، وحسن أخلاقه مع الإخوان، وبذل معروفه للخلق، واهتمامه للمسلمين، ومراعاته لأوقاته

“Di antara tanda kebahagiaan seorang hamba adalah dia dimudahkan dalam melakukan ketaatan kepada Allah, perbuatannya yang berkesesuaian dengan tuntunan sunnah, pertemannya dengan orang-orang shalih, baik akhlaknya (ketika berinteraksi) dengan saudaranya, kesungguhannya dalam berbuat baik kepada sesama makhluk, perhatiannya terhadap kaum muslimin, dan penjagaannya terhadap waktu yang dimilikinya.” (Al-I’thisham 2/152)

Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata:

من علامات السعادة والفلاح: أن العبد كلما زيد في علمه زيد في تواضعه ورحمته وخوفه وحذره، وكلما زيد في عمره نقص من حرصه، وكلما زيد في ماله زيد في سخائه وبذله، وكلما زيد في قدره وجاهه زيد في قربه من الناس وقضاء حوائجهم والتواضع لهم

“Di antara tanda kebahagiaan dan keberuntungan seorang hamba adalah setiap kali ditambah ilmunya (oleh Allah), maka akan bertambah pula ketawadhu’an, kasih sayang, ketakutannya (kepada Allah), dan juga sikap kehati-hatiannya. Dan setiap kali ditambah umurnya, maka semakin berkurang ketamakannya (terhadap dunia). Setiap kali ditambah hartanya, maka bertambah pula kedermawan dan kemuharan hatinya. Dan setiap kali ditambah kemampuan dan kedudukannya, maka bertambah pula kedekatannya dengan manusia, membantu memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka, dan bersikap rendah hati terhadap mereka.” (Al-Fawaid halaman 155)

Demikianlah beberapa tanda kebahagiaan seorang muslim yang dijelaskan oleh para ulama. Semoga dengan mengetahui tanda-tanda tersebut kita bisa menjadi lebih mengetahui ukuran suatu kebahagiaan agar tidak tertipu dengan kehidupan di dunia ini yang hanya sementara. Aamiin

Oleh: Muadz Mukhadasin
Karimun Jawa, 7 Rabiul Awwal 1442 / 24 Oktober 2020

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

x

Check Also

Bahaya Melibatkan Diri dalam Perdebatan tanpa Didasari Ilmu - MuadzDotCom - Sahabat Belajar Islam

Bahaya Melibatkan Diri dalam Perdebatan tanpa Didasari Ilmu

Umar bin Abdul Aziz rahimahullah berkata: مَنْ جَعَلَ دِينَهُ غَرَضاً لِلْخُصُومَاتِ أَكْثَرَ التَّنَقُّلَ “Barang siapa ...